ARTIKEL

Oleh : Dra. Rati Badriyati, S.Psi
Jabatan/Bagian : Psikolog

Diposting Pada Tgl : 27-08-2020

BELAJAR BAHAGIA BERSAMA KELUARGA DI MASA PANDEMI COVID 1


Tring…tring

Suara notifikasi wa masuk ke hp ibu-ibu yang anak dan putra putrinya sedang belajar di rumah.

“absen dulu nak…..”

Reaksi ibunya :

Yang punya HP “ langsung diisikan absensinya. Meskipun anak sedang tidur, maupun HP/gadgetnya sedang dimainkan anak. 

Bagi ibu yang punya HP dan menginginkan anaknya mandiri, meskipun anak sedang tidur pun dipaksa untuk segera andi dan mengisi absensi sendiri. Dan banyak reaksi orang tua lainnya yang berbeda –beda respond an reaksinya.

Reaksi dan respon yang berbeda-beda akan diberikan oleh orang tua saat ini yang senantiasa masih berlangsung proses belajar daring ataupun luring.

“ anak anaku mengerjakan LKS pelajaran Bahasa Sunda…kerjakan besok, dikumpulkan lusa yah….

Bagi ibu yang menuntun anaknya untuk bisa mengerjakan sendiri, berusaha untuk membimbing dan mengarahkan dengan baik, meskipun anak masih tdiurs dan segera bangun dan anak kadang menjadi melawan atau marah-marah karena anak nampak masih ngantuk. Dan atau erkesan anak dipaksa.

 

Tidak sedikit orang tua terutama ibunya atau sering disebut mom’s atau mamah atau bundanya, ini membuat gelisah dan cemas, baik bagi yang bekerja maupun tidak bekerja. Dengan cemas gelisah karena berasumsi dan memandang ‘jangan-jangan anak belum mengerajakan tugasnya dan jangan-jangan anaknya sedang nonton youtube sedang pegang hp bukannya belajar bahkan sekedar main game dan nonto ndi aplikasi yang ada di HP/gadget.

Pembelajaran melalui daring,luring dengan tanpa tatap muka bahkan membuat kondisi emosi para orang tua menjadi labil atau bahkan turun naik yang membuat jantung berdebar atau bahkan sakit kepala. Hal ini timbul dari perasaan yang muncul saat mendengar bunyi notifikasi dan membaca isi dari notifikasi yang terkait dengan pemberian tugas dari sekolah yang diberikan oleh group sekolah. Bagi orang tua yang memiliki anak satu saja mungkin cukup merasakan emosi ini tidak membuat stress, bahkan dirasa “B’atau biasanya saja. Tentu berbeda bagi  orang tua yang memiliki lebih dari dua putra putrnya yang sedangsekolah. 

Hal yang membuat bahagia atau tidak karena adanya kehidupan emosi yang tidak nyaman yang dirasakan dan juga muncul stress.

Bahagia itu tidak terlepas dari aspek emosi dan stress. Bahagia itu emosi yag tepat seperti apa dan adakah stress saat kita bahagia?

Emosi merupakan suatu reaksi kompleks yang mengkaitkan satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan –perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaaaan yang kuat atau disertai keadaan afektif. 

Emosi adalah perubahan-perubahan dari dalam tubuh atau fisiologi sebagai respon terhadap stimulus atau situasi yang dihadapi.

Stress : Stress diartikan sebagai reaksi fisik dan psikologis yang bersifat individual terhadap tuntutan yang mencapai atau melampaui kemampuan coping individu.

Stress itu bersifat individual, reaksi dan respon muncul berbeda –beda setiap orang nya. Stress itu identic dengan tuntutan “segera”dan ‘pemaksaan”. Artinya jika ada orang tua dan anak yang berkata dan berperilaku ada pemaksaan itu bisa dikatakan sedang mengalami stress. Dan makna dari melampaui coping individu ; ARTINYA SETIAP BISA MEMPEROLEH SOLUSI DALAM MENGHADAPINYA, DENGAN TANPA MENGHINDARI atau MENJAUHI masalahnya, artinya mau tidak mau akan dan harus dihadapi. 

Perasaan deg-deg, aduh…wah..ini, merasa dipaksa dan segera, kadang terkadang orang tua memiliki penilaian yang berbeda-beda pada anak, bagi orang tua anak wajib menyelesaikan tugasnya sampai selesai, ini biasanya yang diharapkan orang . ya jelas ..iya dong jawabannya. Tidak ada yang berpikiran yang sudahlah anak mau mengerjakan syukur, mau tidak mengerjakan syukur nampaknya tidak ada orang tua yang berharap seperti ini.  Atau ada yang tidak setuju dengan pertanyaan tersebut, dikarenakan ada tuntutan prestasi dan anak harus berhasil. Hal ini wajar dan pantas. 

Contohnya, ada orang tua yang memiliki anak yang tingkat sekolahnya berbeda anak bungsu di SD dan anak keduanya SMP dan anak sulungnya di SMA. Orang tua berusaha membuat di rumah enjoy dan bahagia dengan mensyukuri apapun yang putra-putri nya lakukan dengan enjoy, namun disini kami sebagai orang tua memberikan perubahan dalam perilaku dan sikap di rumah.

Perubahan perilaku ini terkesan akan membutuhkan waktu lama dalam menyesuaikannya, dan akan ada unsur stress, benarkah itu?. Hal ini akan menjadi mudah bagi ayahbunda yang mau mencoba menjadi lebih baik dan bahagia.

Kunci dan tanamkan bagi keluarga kita yang bahagia

Tispnya :

1. Aturan 

Aturan yang diciptakan dalam keluarga atas kesepakatan seluruh anggota keluarga yaitu ayah, ibu, dan anak-anak. Tidak sebatas aturan yang diberikan ayah atau ibunya saja. Artinya lakukan diskusi atau obrolan kecil antara orang tua dan anak.

Misalnya perilaku solat, kadang anak susah disuruh solat. Mulai lah dengan gerakan solat berjamaah. Saat orang tua di rumah setelah adzan selesai segera ajak anak2 untuk solat berjamaah. Setelah selesai, gimana solat berjamaahnya? Apakah merasa terpaksa? Untuk besok lagi dan lagi, kita saling nasehat menasehati untuk solat berjamaah yah…. Kalaupun ayah bunda lupa, segera ajak aja yah seperti ini “…ayah dan bunda solat yuk…ajakan ini ekspresi kata-katanya bisa diulang bagi anak SD, karena anak SD melatih pengendalian ekpsresi emosi.  

 

Maksud tujuan adanya aturan dijalankan secara kontinyu dan konsisten. Bukan sebatas ada hukuman dan reard atau ganjaran. Dan melatih kedisplinan.

 

Apa sih yang membuat tidak bahagia, yaitu stress adalah tuntutan dan aturan yang dibuat sendiri. Jauhi ya mah.atau aturan yang tidak jelas, misalnya disuruh solah berjamaah tapi ketika diajak anaknya solah berjamaah ayah bundanya bilang ‘….tunggu bentar nak, atau tanggung nak…atau sudah duluan saja….ini akan gagal pada perubahan. Karena membuat putra-putri kita tidak mendapatkan aturan jelas. Dan tidak berlatih komitmen sendiri, tidak berlatih disiplin.

 

2. Memahai karakter dan potensi anggota keluarga

Anak pendiam biasanya sulit untuk mengungkpkan ide dan perasaannya, biasanya ekstra orang tua untuk mendekatinya atau kesulitan bagaimana caranya. Ketika orang tua memberikan kenyamanan dan menumbuhkan kepercayaan kepada anaknya yang pendiam, nampaknya tidak akan menjadi masalah. Saat anaknya dicurigai,misalnya sering nonton atau main game, maka bagi anak yang pendiam, ia akan cenderung mengekspresikan marah-marah atau sembunyi-sembunyi atau selalu berkata tidak tahu aatau tidak jujur. Hal ini memunculkan sikap tidak peduli. Agar menjadi bahagia, pahami karakter anak tidak atau hindari kata-kata men “judge” atau me”label”. Misalnya;’tuh kan kamu bohong, kapan coba mamah lihat kau sholat, “masa sih begitu saja tidak bisa”. 

Berusaha untuk percaya terhadap anak, meskipun kita tahu dan merasa bahwa anak kita berbohong. Hal ini akan lebih memunculkan rasa percaya diri karena anak dihargai sikap dan perilakunya, meskipun kata-kata kita sebagai orang tua apa adanya. Hal ini kita bahas juga dengan point ketiga ini.

 

3. Saling menghargai

Orang Tua mencoba untuk mulai menghargai seluruh aktifitas kegiatan putra putrinya di rumah. Caranya berikan pujian pada aktifitas kegiatan yang terpuji dan baik bagi dirinya sendiri, Hal ini akan membuat anak lebih menghargai diirnya sendiri, jika anak menghargai dirinya sendiri artinya anak akan tumbuh berkembang rasa percaya dirinya. Bagaimana kalau kegiatan yang dilakukannya “negative” atau “buruk”?. Caranya; coba kita reka ulang kegiatan yang “negative/salah” bisa dengan menanyakan langsung, saat menanyakan langsung, mohon pertanyaannya tidak terkesan interogasi. Berusaha untuk anak mengijinkan agar mencoba untuk bercerita. Jika anak tidak mengijinkan bercerita, berikan waktu sejenak. Misalnya Anak kehilangan HP atau main game terus sampai lupa belajar atau tugasnya. Biasanya orang tua bicara “kamunya ceroboh kali”,coba ingat-ingat dimana HPnya. “main game terus, kapan belajarnya?. Kata-kata seperti ini sebenarnya kalimat yang sebenarnya orang tua yang belum belajar menghargai anaknya. Kata-kata (“kamunya ceroboh kali”,coba ingat-ingat dimana HPnya. “main game terus, kapan belajarnya?), secara psikologis menjatuhkan harga diri anak, diamaknai “ceroboh” ini kata negative, dan label “ diri yang sering main game” dimaknai anak suatu kegiatan diri anak yang mendapatkan nilai buruk, padahal anak sendiri sebenarnya ingin terlihat baik bagi orang tuanya. Coba lah untuk berusaha menerima anak sering main game, atau kalau bisa orang tua berusaha encoba merasakan bagaimana main game itu sehingga diri anak sampai dengan addiction. Hal ini agar kita sebagai orang tua pun untuk memahami anak karena diri kit pun memahami diri kita sendiri bagaimana sepantasnya berperan dan berperilaku bagi anak.

 

Wujudnya keluarga bahagia kita akan dapat merasakan kebahagian sendiri perlu adanya interaksi anatara anggota keluarga, dalam berinteraksi ini tentunya terjalin komunikasi dan dalam komunikasi tersebut akan terjadi proses belajar untuk bisa merubah perilaku bersifat permanen. Perubahan menjadi keluarga bahagia bukan untuk perorangan dalam keluarga tapi adanya penyebaran rasa bahagia yang diresapi pada setiap anggota keluarga tersebut. 

Saat kita belajar, tujuannya adalah kebahagiaan, dan kebahagiannya didasari cinta yang kita sebarkan pada sendi-sendi aspek psikologis pada setiap anggota keluarga, dengan merubaha perilaku atau kegiatan atau aktivitas di rumah, dengan adanya kesepakatan aturan yang diberikan dalam diskusi dengan anak dan orang tua. Kedua memahami potensi dan minatnya apa yang diinginkan anak dan kenyamanan dalam memfasilitasi pada saat pembelajaran yang ersifat daring. Dan ketiga adanya penghargaan atau saling menghargai satu sama lain.

Terimakasih banyak, semoga bermanfaat. Untuk artikel berikutnya berjudul bagaimana mengenal dan memahami kehidupan emosi dan bagaimana mengelola emosi di masa pandemic covid 19. Dan untuk selanjutnya bagaimana mengenal dan memahami stress dan bagaimana memanagemen stress.

 

 

Silahkan Berkomentar dengan baik dan sopan

Apakah Anda Mempunyai Pertanyaan?

Untuk Informasi lebih lengkap, Anda dapat menghubungi customer service kami 0266-241461/241463 - Nomor Gateaway 0858 6179 3307

Alamat Jl.Jendral Sudirman No.3 kota Sukabumi 43123
Telp. (0266)22663,241461,241463
Fax. (0266)213433, 223742
Email. rsi_assyifa@yahoo.co.id - pemasaranassyifa@yahoo.com